Tanpa Pamrih
January 19, 2016
Akhirnya aku tahu bagaimana itu mencintai tanpa memiliki. Mungkin
terdengar munafik, tapi beberapa alasan menguatkan perlawanan itu. Ternyata memang
akan ada saatnya, ketika dua insan disatukan hatinya tapi bukan dengan sebuah
hubungan. Mereka masih terlepas, masih bebas. Hanya boleh percaya, sabar, diam,
merelakan, menunggu, dan ikhlas.
Akan ada masanya, saat kamu benar-benar mencintai tanpa
alasan, kamu akan sabar menunggu meski terkadang penantianmu tidak terbalaskan.
Akan ada masanya, saat kamu benar-benar ingin memilikinya dengan utuh, hingga
kamu memberikan semua waktu dan perasaanmu, memberikan semua perhatian milikmu,
tapi tidak akan merubah apapun. Hanya semakin meluarbiasakan perasaanmu.
Akan ada masanya, saat kamu merindukan senyumnya dan segala
aspek yang ada pada dirinya, tapi semesta belum mengijinkan kalian berjumpa. Bahkan
hanya sekedar bertegur sapa, atau setidaknya dua pasang mata saling menemukan
apa yang dicari sebelumnya. Hingga jantungmu mulai terbiasa dengan
bayangan-bayangan semu tentang dia. Siang malam kamu bahagia, dengan
bayangannya. Tidak nyata. Belum. Dia belum nyata.
Akan ada masanya, saat kamu ingin membicarakan seluruh isi
dunia bersamanya. Bukan karena kamu peduli pada dunia dan hidupmu, kamu hanya
ingin memperlama waktu berbincang dengannya. Sebisamu kamu akan menghilangkan
titik dari percakapan itu. Meski akan ada perbedaan pendapat, meski akan ada
kesal dan amarah, apapun isi pesannya, kamu masih akan tetap tersenyum
membacanya.
Akan ada masanya, kamu mulai mencari tahu apapun tentangnya,
bagaimana perilakunya, bagaimana selera humornya, apa yang dia suka dan apa
yang tidak dia suka. Tapi terlepas dari itu semua, kamu akan tetap memilih
menyukainya. Tanpa mengapa dan bagaimana bisa. Kamu hanya berpikir kamu
menyukainya. Kamu ingin menjadi baik untuk masa depannya, kamu ingin dia pun
baik untuk masa depanmu. Hingga secara tidak sadar, kamu mulai menyematkan
sebuah nama lengkap dan jelas, dalam setiap doamu, sebelum aamiin mu.
Akan ada masanya, semua yang dia lakukan mempesonakanmu. Membuat
bibirmu mulai terbiasa terangkat hingga saat kamu mulai menemui sebuah cermin. Kamu
mulai berpikir kamu sedang mencintai seseorang dengan gilanya.
Kemudian setelah semua perasaanmu memuncak, pikiran-pikiran
lain akan datang.
Kapan kita jadian?
Aku sudah nyaman
dengan apa adanya kita.
Aku ingin ada ‘selamat
malam sayang’ antara kita berdua.
Aku ingin
membayangkan masa depan berdua.
...
Tidak. Kita tidak
perlu menjadi sebuah pasangan. Begini saja seterusnya.
Begini saja aku
sudah sangat bahagia.
...
Menjadi pacar hanya
akan menjadikan ini serius.
Menimbulkan rasa
cemburu, amarah, hingga mengabaikan dengan biasa dan sengaja.
Kita hanya perlu saling memperbaiki diri,
menulis garis batas kecil, tipis, tapi tetap mendoakan dan mencintai.
Jika kita berjodoh, semesta akan terus menyatukan
kita, tidak peduli apapun.
Jika tidak, setidaknya kita sudah menjadi
pribadi yang lebih baik untuk jodoh masing-masing karena sebelumnya aku sudah
belajar banyak bersama kamu.
Aku mulai mengerti, rindu tidak akan hadir
tanpa jarak. Jadi aku sudah menemukan jawaban dari mengapa semesta memberi
jarak di tengah kita.
Dan ketika rindu itu datang, aku hanya perlu
menjadi semakin dekat dengan Tuhanku. Agar aku semakin didekatkan dengan
kebaikan-kebaikan. Jika kamu termasuk kebaikanku, kita akan menyatu.
Rindu itu manis, aku hanya perlu membayarnya
dengan doa.
“Semoga kamu baik-baik saja, semoga kamu
selalu dalam lindungan-Nya, semoga kamu pun merindukanku. Kemudian membayar
rindumu dengan doa; sepertiku.”
Aku selalu bertanya-tanya, bagaimana akhir
cerita kita berdua.
Pemeran utama yang awalnya sengsara,
kemudian memecahkan masalah bersama dan bahagia bersama selama-lamanya. Hampir selalu
begitu di semua cerita.
Apa kita akan menjadi seperti itu? Apa cerita
kita akan menjadi cerita biasa?
Aku selalu bertanya-tanya, bagaimana raut
wajahku saat nanti cerita kita menemui tamat. Tersenyumkah aku? Marahkah? Atau sedihkah
aku?
Kita, tidak pernah tahu apa yang ditulis
semesta tentang kita.
Tapi untuk saat ini, aku hanya perlu
bahagia, percaya, dan menjaga.
Semoga semesta merestui perasaan kita berdua.
Semuanya akan keluar dengan sendirinya. Kamu akan mulai
dewasa dengan perasaanmu. Kamu akan sadar bagaimana caramu menyelesaikan
pertengkaran antara otak dan hatimu dalam satu waktu. Kamu akan menerimanya. Sesibuk
apapun dia, semarah apapun dia, kamu hanya akan menanti. Kamu hanya akan berdoa
karena kamu rindu. Kamu hanya berfikir dengan tenang dan dingin saat ada
masalah ditengah kalian.
Karena setelah semua beban di masa lalu, akhirnya kamu
diberi pundak dan hati yang kuat. Tidak akan lagi marah ketika dia tiba-tiba
tidak ada kabar. Tidak akan menangis saat rindu. Tidak akan menuntut apapun
karena kamu sudah bisa menerima. Kamu akan bahagia. Bagaimana pun caranya,
apapun halangan yang akan kamu hadapi, kamu akan bahagia.
Jangan jadikan perasaanmu sebagai beban untuk dirimu
sendiri. Cinta itu percaya. Membiarkan tanpa melepaskan. Semua tak perlu alasan
untuk sebuah prasangka. Baik ataupun buruk, itu semua tergantung padamu. Prasangka
baik akan menenangkanmu, prasangka buruk akan membuatmu marah dan menangis.
Karena sekarang yang harus kamu tau, kamu adalah
satu-satunya yang memberi sedih atau bahagia pada hatimu, bukan orang lain. Kamu akan menang jika kamu mengerti.
Ketika kamu marah, cemburu, tidak suka, benci, kamu
menyakiti hatimu sendiri. Kamu yang membuat air matamu menetes sendiri. Kamu kalah.
Tapi ketika kamu tenang, dingin, percaya, berfikir semua akan baik-baik saja,
kamu akan mengangkat bebanmu dengan senang dan kamu menang.
Mencintai tanpa memiliki itu sesuatu yang seperti ini. Semua
harus kau lakukan dengan porsi lebih banyak. Karena tidak ada ikatan antara
kalian berdua. Karena itulah, perasaan-perasaan seperti “Apa dia juga mendekati perempuan lain? Apa bukan hanya aku? Apa dia
sudah bosan? Apa dari awal dia tidak pernah tertarik padaku?” akan muncul
dengan sendirinya. Dan, kamu harus menjadi perempuan kuat yang seharusnya. Melawan
prasangka itu dengan baik.
Mungkin mencintai tanpa memiliki itu seperti perjuangan
tanpa pamrih. Tanpa harus ingin dicintai, kamu sudah mencintai lebih dari sewajarnya.
Tidak peduli bagaimana dia padamu, apa dan bagaimana bahagianya, dia tetap
menjadi bahagiamu.
2 komentar
😖❣️❣️
ReplyDeleteNangis ya Allah 😭
ReplyDelete