Temen. #2
March 19, 2017
(...)
“Kemarin
kan ulang taun? Aku gak ditraktir nih?”
“Main
game yuk, battle, yang kalah traktir makan ya”
“Kemarin
kamu kalah dua kali, aku anggep utang ya buat traktir selanjutnya”
Berbagai
macam alasan muncul untuk sebuah pertemuan.
Kala
itu pertemuan terasa sulit karena alasannya harus masuk akal,
Syukurlah
sekarang pertemuan kita sudah menjadi semudah “Aku kangen, jalan yuk!”
Kala
itu, aku berlari, dan kau berjalan. Syukurlah sekarang kita sudah berani
bergandengan tangan.
Kala
itu, aku berjuang, dan kau diam saja. Syukurlah sekarang kita tahu seberapa
besar perasaan yang ada.
Kita
sebenarnya asing, dan menyatu dengan sendirinya. Kita sebenarnya hanya teman,
dengan perasaan yang berbeda.
Aku
sebenarnya tidak menyukaimu.
Aku
ini mencinta.
***
“Wangiii”
Selalu.
Bahumu tak pernah hambar setiap menjemputku. Mau tajam atau samar, mau kencan
atau olahraga, mau makan atau hanya duduk minum jus hingga pukul sembilan
malam, mau wangi ini atau wangi itu, kamu tak pernah hambar, kamu selalu wangi.
Kamu
sudah tidak boleh diragukan. Kamu adalah idaman.
Mereka
tidak melihat apa yang kulihat dalam dirimu. Mereka tidak tahu bagaimana
sebenarnya kamu memperlakukanku dengan caramu.
Tiap
kali aku berkata “kita cuman teman”, mereka selalu berasumsi bahwa tidak akan
ada yang spesial di sebuah pertemanan.
Padahal
setiap kita berdua battle game Crisis Action, mereka tidak pernah tahu
dengan ini...
“Kok
diem aja? Ayo tembak! Nanti aku pergi loh”
“Sini
mendekat”
“Buat
apa aku mendekat lari-larian kalo akhirnya aku ditusuk”
“Aku
menang!”
Bahkan...
“Aku
gasuka battle pake pisau. Aku sukanya kamu”
“Aku
takut lawan zombie. Temenin :(“
***
“Gak mungkin. Dia pasti juga bawa perasaan”
aku meyakinkan teman-temanku. Termasuk diriku sendiri.
“Kenapa gak ditembak sampe sekarang?”
“Ya emang gamau pacaran kali. Bukannya
bagus? Kan gaada pacaran dalam Islam?”
“Tapikan kalo kaya gini kamu kaya
digantung, ga dikasih kejelasan. Emang kamu tau perasaannya gimana sama kamu?”
“Enggak. Yaudah terus maksudnya aku yang
ngajak dia pacaran? Demi apa aku ini perempuan. Tolong.”
“Kan ada emansipasi.”
“Ngawur!
Tapi kalo dia makin lama makin gemesin, aku pacarin juga lama-lama.”
“hahaha”
Ini
yang tersulit, bertahan menjadi teman, dengan hati yang ingin lebih dari
sekedar teman.
Dari
awal pertanyaanku selalu begini. “Kenapa sih, gamau pacaran aja? Kan latian
kalo seandainya kita jodoh”
Sebenarnya
aku tidak pernah benar-benar baik-baik saja atas keputusanmu, yang dari awal
juga tidak pernah kamu utarakan sebuah keputusan untukku.
Aku
selalu mencoba, dan aku selalu gagal. Percobaanku untuk terlihat baik-baik saja
99% selalu gagal. 1% berhasil karena aku ingat aku telah menyukaimu dan tidak
peduli atas apapun kecuali dirimu.
***
Hari ini, Minggu, 19 Maret 2017. Gerimis,
dingin, dan rindu yang tidak pernah sedikit, sedang membantuku mencarikan
inspirasi untuk menulis tentangmu. Karena kamu selalu bisa dituliskan, kamu
punya banyak hal untuk diceritakan. Kamu laki-laki yang hangat dan menenangkan,
seperti,
minyak telon bayi.
Saat ini aku mulai merindukan mata yang
menyipit, gigi gingsul dan lesung pipit yang muncul bersamaan saat kamu
tertawa.
Aku harap aku berada di Probolinggo
sekarang juga.
Aku terlalu ingin menjadi sesuatu yang kau
tuju. Yang kau nantikan kepulangannya. Yang ingin sekali menjadi takdirmu. Atau
menjadikanmu sebagai takdirnya.
Karena semakin banyak waktu yang
terlewatkan, semakin besar keinginanku mendapatkan lesung pipitmu dan seperangkat
kamu. Semuanya yang ada padamu.
Semuanya.
Jadi bagaimana? Kamu mau diam saja,
bertindak, atau kamu mau aku? Kalau kamu tidak mau menjawab. Tak apa. Aku
tunggu dua menit lagi. kalau dua menit lagi kamu tidak cepat menjawabku. Aku
anggap kamu milikku. Deal?
Aku menulis ini semua karena aku tahu kamu
bisa membaca.
Kalau nanti kamu telah selesai membacanya,
beritahu aku. Kita bisa bicarakan kedepannya. Ehehe.
Aku tidak pernah bisa untuk tidak menjadi
seperti orang gila setiap membicarakanmu.
Aku tidak pernah bisa untuk menjadi biasa
saja saat mendengar namamu.
Aku tidak pernah bisa, untuk melukis eyeliner yang sama kanan dan kirinya.
Sedih :(
***
Kamu jangan sampai kehilangan. Aku juga
bisa pergi. Mungkin saat kamu tidak lagi mengerti caranya menghargai. Atau
mungkin saat kamu sudah mulai lelah aku cintai. Atau mungkin saat aku sudah
bosan begini.
Kata orang, menggapai itu mudah,
mempertahankan yang susah. Pergi itu mudah, melepaskan yang susah. Tapi kamu?
Digapai saja susah.
Aku selalu menginginkan kau memberiku
jawaban tanpa kuberi pertanyaan.
Tapi selama ini aku selalu mengguruimu
tentang semua yang kumau. Kamu selalu kalah dalam menerka. Aku selalu berharap
dan kecewa karena kamu selalu beda dengan apa yang aku ekspektasikan.
Tapi aku bertahan.
Aku bertahan hingga aku mendapatkan sebuah keputusan.
Meninggalkan.
Atau.
Ditinggalkan.
7 komentar
selalu keren tulisannya kak wang :D
ReplyDeleteMakaciiii
DeleteBaru baca langsung uwuw ��
ReplyDeleteMba Titis:') dibikin baper abis itu ketawa lagi gara-gara minyak telon bayi sama eyeliner,hhh..
ReplyDeleteAaaa sukaaaa ❤❤❤❤❤
ReplyDeleteMakasiiih ❤
DeleteHaii kak Naw, gmna sekarang udah ada keputusan? ditinggalkan atau meninggalkan??
ReplyDeleteSemoga masih bertahan yaa.:))