Meredup
August 02, 2017
“Semua yang dimulai, pasti akan selesai”
Harusnya aku menyadarinya sejak awal. Bukannya malah “Kita
kan belum memulai, apa yang harus diselesaikan?!”. Aku hanya telah lupa rasanya
ditinggalkan. Aku lupa rasanya kehilangan, karena bersama kamu aku selalu belajar
menjaga dan mempertahankan.
Kau harus tahu, sejak pertama kali bertemu denganmu, aku menjadi begitu bahagia hingga merasa aku tak perlu mempersiapkan sebuah perpisahan. Karena itu aku menjadi
sebegitu percayanya bahwa semua akan berjalan baik-baik saja seperti yang aku
mau. Karena itu aku tak pernah menyiapkan hatiku untuk menjadi seperti ini.
Aku, kacau.
Aku menginginkanmu kembali. Aku ingin kembali merasa
disayangi. Aku ingin kembali merasa dijaga dan dihargai. Aku menginginkan tawa
dan hatimu, aku membenci kau yang membuat basah pipi dan daguku.
Boros tisu, tau!
Baiklah, kalau kau berniat mengakhiri ini semua, silahkan
akhiri. Tapi jangan sisakan senyummu disini. Jangan menyiksaku. Jangan membuat
dirimu masih ada tapi hampa. Menjauhlah dari jangkauanku. Setidaknya ijinkan aku
belajar terbiasa dengan ketiadaanmu.
Kalau kau masih disini, bagaimana caraku melupakan semuanya?
Bagaimana melupakan bahwa aku pernah kau bahagiakan seindah itu? Bahwa aku
pernah kau jadikan istimewa. Bahwa kita pernah membicarakan masa-masa yang kita
belum tahu bagaimana akhirnya. Bahwa kau pernah berjanji kita akan pergi ke
Malang untuk makan siang kemudian pulang. Bagaimana melupakan semua panggilan
sayangmu, semua stiker-stiker Line saat kamu begitu merindukanku, semua chat itu:
"Kok aku kangen kamu ya", "Aku kangen kamu", "Nanti jam 10 aku telfon", dan semua momen itu: saat kita basah kuyup karena hujan berdua, gosong karena terik matahari berdua,
masuk supermarket membawa keranjang belanja hanya untuk 4 buah mi instan. bahkan momen kamu datang membawa boneka jerapah empat hari lalu. Bagaimana aku akan melupakannyaaaaaaaaa?
Kamu ingat? Kita pernah duduk berdua bersebelahan, kamu di
ujung kursi sebelah sana, aku di ujung kursi sebelah sini, kau kudiamkan untuk
waktu yang lama. Lalu kemudian aku bertanya, “Enak gak aku cuekin?”
Kamu ingat apa jawabanmu? “Enggak”
Sayang, kamu kudiamkan saja tak mau, mengapa akhirnya kau
memilih untuk meninggalkanku?
:(
Aku tersiksa. Karena kamu masih ada tapi jauh. Kamu ada tapi
redup. Aku tersiksa karena kita harus saling pergi saat kita masih saling
menyayangi.
***
Paham atau belum? Aku ini tidak menginginkan sebuah perpisahan. Aku tak sungguh-sungguh menyuruhmu menjauh dari jangkauanku. Sayang, aku sudah tahu rasanya kau tinggalkan, sekarang kembalilah. Aku tak mau kehilangan. Aku tak suka kehilangan. Aku akan berusaha. Aku akan belajar menjadi perempuan yang baik, yang kamu mau. Tapi kembalilah, aku ingin memikirkanmu dengan senyuman, bukan dengan tangisan. Aku tak mau. Aku tak suka kita saat ini. Membayangkannya saja sudah meneteskan banyak sekali air mata.
Kalau kau inginkan sebuah perubahan dariku, katakan itu tanpa menyakitiku. Tuntun aku dalam perubahanku, jangan malah pergi meninggalkan. Karena perasaanku ini benar-benar nyata, bukan hanya sekedar bahan candaan.
16 komentar
😭😭😭😭😭😭😭
ReplyDeleteTulisan ka nawang emng juara😍
ReplyDeleteEmpat hari lalu bawa boneka jerapah 😭😭
ReplyDeleteHidup itu pilihan, kamu gak bisa memaksa dan juga kamu gak akan suka untuk dipaksa.
ReplyDeleteItu sdah kayak keseimbangan alam gitu lo, hehehe
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSedih bacanya😂😂
ReplyDeleteMbak nawww😭😭😭
ReplyDeleteYaampun nyentuh bangt si ka naw😭
ReplyDeleteSaid.. ..
ReplyDeletePasti indomi rasa rendang :3
ReplyDeletepas banget sama perasaan gue saat ini tulisannya ka naw...
ReplyDeleteAku nangis baca ini kak, kenapa rasanya pas banget.
ReplyDeletePas bgt yaampun:'(
ReplyDeleteKenapa ini jleb banget :')
ReplyDeletePliss jangan tinggalkan ku ,sayang .
Sayang burung, sayang lebah, sayang semut
Kenapa ngena gitu si :'(
ReplyDelete